Tulisan dalam blog ini tidak bermaksud menjatuhkan,mencemarkan nama baik, apalagi memfitnah seseorang (dosa atuh). Jika ada kesamaan nama,lokasi,atau peristiwa mungkin hanya kebetulan saja

Kamis, 26 Agustus 2010

I'tikaf



Insya Allah, sebentar lagi Ramadhan akan memasuki 10 hari terakhir..

Saya dan istri sudah merencanakan untuk i'tikaf walau mungkin tidak setiap malam..juga dengan teman-teman seperjuangan sudah dibuat rencana i'tikaf..


Bagaimana dengan anda..??

Senin, 03 Mei 2010

Sahabatku di Cartenz.....

Pendakian
Menaklukkan Carstensz, Luar Biasa!
Jumat, 30 April 2010 | 08:23 WIB
(www.kompas.com)


KOMPAS/HARRY SUSILO

Wartawan Kompas Harry Susilo membentangkan Merah Putih ketika berhasil mencapai Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu, Papua, Sabtu (24/4/2010). Ilo tergabung dalam Tim Bravo yang ikut mendaki Carstensz Pyramid. Selanjutnya, Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia akan mendaki enam puncak tertinggi dunia lainnya sampai tahun 2012.

KOMPAS.com — Tak banyak orang yang beruntung bisa menaklukkan Puncak Carstensz Pyramid di Pegunungan Jayawijaya, Papua, salah satu puncak tertinggi di dunia yang menjualang sampai 4.884 meter. Wartawan Kompas, Harry Susilo (Ilo), adalah salah satu yang berkesan dengan hal itu karena menyertai perjalanan Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri.

"Menurut saya, semangat tim luar biasa. Sempat beberapa kali cuaca buruk, tetapi tim bisa dua kali mencapai puncak. Luar biasa," ujar Ilo.

Dua tim ikut dalam ekspedisi tersebut. Tim Alfa mencapai puncak pada 18 April 2010 dan Tim Bravo mencapai puncak tanggal 26 April 2010.

Tidak mudah untuk bisa mencapai puncak. Ilo menceritakan, kendala fisik dan lingkungan harus dihadapi. Selama sepuluh hari membangun tenda di Pegunungan Jayawijaya, beberapa kali tim ekspedisi didera hujan es. Alhasil, upaya untuk menaklukkan puncak beberapa kali batal. Namun, berkat kesabaran dan perhitungan matang, toh, mereka bisa melakukannya.

Proses aklimatisasi atau penyesuaian tubuh terhadap perubahan tekanan dan suhu di ketinggian juga bukan hal sepele. Setiap anggota tim rupanya memiliki daya tahan berbeda sehingga harus menentukan sendiri batas kemampuannya. Bolak-balik naik turun kudu dilakoni demi melatih tubuh sebelum menuju puncak.

"Tim Alfa saja perlu sepuluh hari proses aklimatisasi. Berangkat tanggal 8, tetapi baru sampai puncak tanggal 18," kata Ilo.

Tim Bravo menyusul delapan hari kemudian seusai perayaan Hari Bumi yang monumental di lidah es Jayawijaya. Menurut Ilo, konon luas lapisan es di sana menyusut seiring waktu. Diduga karena pemanasan global.

Buang hajat

Pengalaman lain yang tak terlupakan, menurut Ilo, adalah bagaimana bertahan sepuluh hari di ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut itu. Tidur sudah ada tenda berikut selimut dan sleeping bag hangat. Makan pun tersedia dengan bekal makanan yang cukup. Namun, bagaimana dengan urusan pribadi macam buang hajat?

"Kami menyiasatinya, kalau buang air kecil, cari tempat yang tersembunyi, seperti di dekat tebing bebatuan. Kalau buang air besar, kami harus gali tanah dan menguruknya kembali agar tidak bau. Secara alami kan organik, jadi enggak apa-apa. Tapi, harus cari tempat yang jauh dari aliran air," kata Ilo.

Selama di atas, Ilo mengaku tak terlalu terkendala dengan kebiasaan baru tersebut yang harus dilakoni. Bahkan, dia hitung setidaknya empat kali melakukan hajat besar di sekitar Lembah Danau-Danau yang menjadi lokasi menginap.

Tisu basah pun menjadi andalan untuk bebersih dan sampahnya dikumpulkan bersama sampah lainnya. Sebagian dibawa turun, sebagian lagi dimusnahkan.

Kebutuhan air melimpah di sekitar Puncak Carstensz karena di sana banyak danau yang berasal dari lelehan es gletser. Ilo mengaku penasaran dengan air gletser dan mencoba mandi sekali meski harus menahan dingin yang menusuk tulang. Namun, kapan lagi bisa mandi di ketinggian 4.700 meter, bukan?

Buat Ilo, Cartstensz merupakan puncak tertinggi yang pernah dijangkaunya. Sebelumnya dia memang hobi memanjat gunung dan paling tinggi baru Rinjani yang tingginya 3.726 meter di atas permukaan laut.

Gunung-gunung besar di Jawa sebagian besar pun sudah ditaklukkan. Kini dia berharap bisa kembali bergabung dengan Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia untuk menaklukkan puncak kedua, Kilimanjaro, Afrika.

Rabu, 21 April 2010

ANALISIS FENOMENA GLOBALISASI EKONOMI UNTUK MENDAPATKAN EFEK POSITIF GLOBALISASI





Perkembangan kehidupan antar negara di dunia saat ini tidak bisa menghindar dari dinamika globalisasi di segala bidang. Hal ini tidak terlepas dari definisi globalisasi sebagai suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) seba gai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Dari definisi ini dapat kita lihat fenomena globalisasi sebagai suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari oleh bangsa-bangsa di dunia, tidak terkecuali bangsa yang menutup dirinya dari pergaulan internasional seperti halnya Korea Utara atau Kuba.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan dengan globalisasi :
• Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
• Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
• Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
• Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
• Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

Dalam menyikapi fenomena globalisasi ini, pandangan dunia secara umum terbagi menjadi dua sudut pandang. Sebagian ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadap globalisasi. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain dianggap sebagai kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing.

Dari sudut pandang teoritis pun globalisasi ini disikapi berbeda-beda oleh para ahli. Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu :
1. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. Meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
• Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
• Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
2. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
3. Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.

Fenomena globalisasi ekonomi
Sebagai insan manusia yang hidup di era globalisasi internasional, kita harus bijak menyikapi fenomena yang tidak dapat dihindari ini, terlebih saat ini cakupan globalisasi sudah menjangkau dibidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Keberadaan globalisasi khususnya dibidang ekonomi selayaknya dapat dijadikan sebagai peluang untuk lebih maju dan berkembang, baik itu individu warga negara hingga negara itu sendiri. Hal ini tidak terlepas dari pengertian globalisasi ekonomi sebagai suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian ini mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa antar negara.

Dalam perkembangannya, globalisasi ekonomi memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus membuat setiap individu ataupun bangsa di dunia menyikapi hal ini dengan bijak. Beberapa kebaikan globalisasi ekonomi adalah :
1. Produksi global dapat ditingkatkan
Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efesien, output dunia bertambah dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat di suatu negara
Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.
3. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.
4. Memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini seringkali memerlukan modal dari bank atau pasar saham. dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.

Sementara keburukan dari globalisasi ekonomi antara lain :
1. Menghambat pertumbuhan sektor produksi
Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
2. Memperburuk neraca pembayaran
Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.
3. Sektor keuangan semakin tidak stabil
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
4. Memperburuk proses pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.

Analisis fenomena globalisasi ekonomi
Selain kelebihan dan kekurangan dari globalisasi ekonomi yang telah dijelaskan di atas, dalam globalisasi ekonomi juga terdapat beberapa fenomena mengemuka yang dapat dianalisis sebagai bahan masukan untuk mendapat hasil positif dan meminimalisir efek negatif dari globalisasi. Fenomena yang terjadi tersebut adalah :
1. Globalisasi produksi
Dalam hal ini suatu perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan tujuan agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh di negara lain yang lebih rendah, tarif bea masuk negara yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
Menurut Prof.Wan Usman, strategi yang digunakan perusahaan asing untuk investasi luar negeri antara lain dalam rangka :
• Mencari pasar
• Mencari bahan baku
• Mencari efisiensi produksi
• Mencari pengetahuan
• Mencari keamanan politik
Dengan mencermati hal ini, sudah selayaknya pemerintah Indonesia menata diri agar bisa dilirik oleh perusahaan luar negeri sebagai lahan investasi yang baik. Perbaikan disektor-sektor yang berinteraksi langsung dengan urusan investasi luar negeri harus segera dilaksanakan. Dengan demikian, penyerapan tenaga kerja dan proses alih teknologi di Indonesia dapat semakin baik.
2. Globalisasi pembiayaan
Perusahaan global saat ini mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia.
Perusahaan Indonesia pun seharusnya lebih dapat memanfaatkan pinjaman asing sebagai modal usaha, sehingga tidak terlalu terpaku pada pembiayaan dari pemerintah. Dengan demikian, networking dari perusahaan tersebut akan semakin luas dan manajemen perusahaannya lebih profesional karena lembaga atau investor asing hanya akan memberi pinjaman pada perusahaan dalam negeri yang sehat dan produktif.
3. Globalisasi tenaga kerja
Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi sektor tenaga kerja ini maka human movement akan semakin mudah dan bebas.

Saat ini banyak terjadi SDM Indonesia yang bekerja di luar negeri sebagai tenaga ahli dan sebaliknya banyak pula ditemui expratriat yang mendominasi beberapa sektor pekerjaan di Indonesia. Dalam hal ini pemerintah Indonesia bertanggung jawab agar Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dapat bersaing dengan SDM dari negara lain. Sistem pendidikan, kurikulum, sarana, dan prasarana pendidikan harus segera diperbaiki sebagai upaya menunjang pengembangan kualitas SDM secara optimal.

Wan Usman menambahkan pula bahwa pemanfaatan dengan baik dampak-dampak dari globalisasi ekonomi tersebut maka akan dapat meningkatkan pembangunan ekonomi di suatu negara sebagai prasyarat tercapainya pembangunan manusia, karena dengan pembangunan ekonomi akan terjamin peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan melalui penciptaan kesempatan kerja di suatu negara. Hubungan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan manusia dapat dilihat dalam gambar berikut.
4. Globalisasi jaringan informasi
Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV, radio, media cetak, dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama.
Saat ini pemerintah Indonesia melalui Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) sedang berusaha memperbaiki sistem informasi dan komunikasi di Indonesia, salah satunya dengan membentuk Dinas Kominfo di setiap daerah agar perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat segera di respon oleh masing-masing daerah. Selain itu program 1.000 desa internet juga terobosan baik dalam upaya menghilangkan buta internet masyarakat Indonesia khususnya di daerah pelosok.
5. Globalisasi perdagangan
Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.
Tahun 2010 ini Indonesia dan negara asia tenggara lainnya memasuki babak baru perdagangan dengan Cina melalui konsensus CAFTA (China Asean Free Trade Area). Dengan perjanjian ini hubungan perdagangan negara-negara dalam Asean dengan Cina dapat berjalan semakin lancar yang bila tidak disikapi oleh pemerintah Indonesia khususnya maka industri dalam negeri dapat tergerus karena kalah bersaing dengan produksi Cina yang terkenal lebih murah dan variatif. Perlu ada upaya dari pemerintah Indonesia untuk menguatkan basis industri dalam negeri khususnya industri UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Proteksi melalui pembuatan hak paten produksi khas Indonesia juga perlu segera dilakukan agar tidak terjadi duplikasi barang khas Indonesia oleh negara lain yang kemudian justru di klaim buatan negara tersebut.

Penutup
Terjadinya globalisasi di segala bidang khususnya di bidang ekonomi adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari bangsa-bangsa di dunia jika ingin tetap mengikuti perkembangan zaman. Berbagai argumentasi dari pihak yang pro maupun anti globalisasi turut mewarnai fenomena yang terjadi sejak era kebangkitan barat antara tahun 1500-1800 ini.

Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi dimana kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Sementara pihak yang anti globalisai dipersatukan dalam upaya perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.

Agar tidak terjebak kepada pihak yang pro maupun kontra, sebagai suatu bangsa yang berdaulat sudah selayaknya Indonesia mulai menata diri menyongsong era globalisasi ini dengan tidak melupakan aspek kearifan lokal sebagai identitas suatu bangsa. Peningkatan profesionalitas aparat pemerintah melalui reformasi birokrasi, perbaikan sarana dan prasarana perekonomian dengan menggandeng pihak swasta, serta pengembangan kualitas SDM Indonesia harus segara dilaksanakan. Dengan demikian keberadaan berbagai fenomena globalisasi yang ada akan dapat membuat perekonomian Indonesia semakin tumbuh sehingga cita-cita founding father kita agar terbentuk masyarakat yang adil dan makmur dapat segera terealisasi.


Wahyu Ishardino

Kamis, 15 April 2010

Cartenz : Puncak Impian Pendaki Indonesia



Pagi ini diriku mendapat sms yang mengabarkan kalau ada kawan yang sedang ikut xpdc salah satu organisasi pecinta alam untuk menaklukan puncak tertinggi di Indonesia, puncak Cartenz di pegunungan Jayawijaya, Papua.

Memoriku langsung berlari 10-12 tahun yang lampau saat masih giat sebagai penjelajah alam di SMA 1 Bekasi. Di organisasi inilah diriku mendapat banyak pengetahuan dan wawasan akan dunia petualang. Pada tahun-tahun tersebut hampir saat liburan sekolah diriku tidak bisa lepas dari carrier untuk mendaki gunung-gunung di sekitar pulau Jawa. Yupz, saat itu hanya gunung-gunung di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mampu didaki karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana (pastinya).

Gn.Slamet, Gn.Lawu, Gn.Sindoro,Gn.Gede, Gn.Salak, dan lainnya yang pernah didaki sungguh telah menempa diriku menjadi pribadi yang tangguh dan sholeh, telah menunjukan arti persaudaraan sesungguhnya, dan telah menunjukan betapa kecilnya manusia di hadapan Allah. Menunaikan sholat subuh di ketinggian 3.000 mdpl adalah pengalaman yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Masa-masa itu sudah sulit diulang kini. Aktivitas sehari-hari yg membelenggu dan fisilk yg tak sekuat dulu adalah hambatan utama. Dan hari ini, kabar seorang sahabat yang berangkat ke Cartenz telah memompa kembali adrenalin petualangan dalam diriku yg selama ini redup.

Selamat bertugas sobat, doaku untuk dirimu dan tim. Ikut bawa pula kebanggaan dalam diriku ke puncak Cartenz. Titip salam untuk setiap butir salju dan tebing curam disana, sampaikan bahwa masih ada manusia yang akan menjaga dan melestarikan alam Indonesia..

Wassalam,
IWP 149798 SL
@ my office, 15.00 wib

Jumat, 09 April 2010

Good Governance


Sekitar tahun 1996, menjelang berlangsungnya reformasi politik di Indonesia beberapa lembaga internasional, seperti UNDP dan World Bank, memperkenalkan terminologi baru yang disebut sebagai good public governance atau good governance. Istilah ini mencuat dikalangan pemerintah, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) sejalan dengan perkembangan konstelasi politik dan potret birokrasi di Indonesia yang cenderung didominasi praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) di segala bidang. Selain itu, perkembangan teknologi yang menyebabkan akses informasi semakin terbuka membuat banyak pihak mulai berani mengkritisi kinerja pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan.
Governance memiliki arti bahwa kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah. Governance menekankan pada pelaksanaan fungsi governing secara bersama-sama oleh pemerintah dan institusi-institusi lain, yakni LSM, perusahaan swasta maupun warga negara. Dengan demikian, dalam penyelesaian masalah dan kepentingan publik selalu melibatkan multi-stakeholders dari berbagai lembaga yang terkait dengan masalah dan kepentingan publik itu, dimana unsur utama dalam penyelenggaraan good governance tersebut adalah masyarakat dan para pelaku bisnis.
Secara teoritis pemerintahan yang baik mengandung makna bahwa pengelolaan kekuasaan didasarkan pada aturan-aturan hukum yang berlaku, pengambilan kebijakan secara transparan, serta pertanggungjawaban kepada masyarakat. Kekuasaan juga didasarkan pada aspek kelembagaan dan bukan atas kehendak seseorang atau kelompok tertentu. Kekuasaan juga harus taat prinsip bahwa semua warga negara itu mempunyai hak dan kewajiban yang sama di mata hukum .
Menurut Sarundajang , ada sepuluh prinsip tata kelola pemerintahan yang baik yang sedang digencarkan oleh pemerintah pusat untuk diterapkan oelh pemeirntah daerah, baik kabupaten/kota ataupun propinsi. Kesepuluh prinsip tersebut adalah :
1. Partisipasi
2. Penegakan hukum
3. Transparasi
4. Kesetaraan
5. Daya tanggap
6. Wawasan ke depan
7. Akuntabilitas
8. Pengawasan publik
9. Efisiensi dan efektivitas
10. Profesionalisme
Kesepuluh prinsip dalam tata pemerintahan yang baik tersebut dalam aplikasinya diterjemahkan dalam kebijakan-kebijakan daerah sesuai dengan kondisi daerah tersebut. Kondisi yang berbeda di setiap daerah (geografis, SDM, political will,dll) membuat penerapan good governance ini berbeda-beda di setiap daerah dan tidak bisa dipaksakan penerapannya. Namun walaupun dalam penerapannya berbeda, sesungguhnya prinsip tersebut memiliki tujuan agar pihak Pemda mampu melayani masyarakat secara baik, menciptakan iklim yang memungkinkan kreatifitas masyarakat berkembang, serta mampu mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam masyarakat secara arif dan bijaksana.

Senin, 25 Januari 2010

Cintai Bekasi dengan Langkah Nyata

Rasa cinta yang hakiki sejatinya tidak hanya diucapkan dengan lisan, tetapi harus menghujam ke hati dan yang terpenting dibuktikan dengan perbuatan. Cinta sebatas lisan hanya jadi kiasan dan cinta tanpa perbuatan tidak akan abadi.

Selain kepada Sang Pencipta dan sesama manusia, rasa cinta terhadap wilayah tempat tinggal merupakan fitrah individu yang tidak bisa diingkari. Baginda kita Rasulullah SAW pun memiliki rasa itu, yang membuat beliau bersama para sahabat dan umat Muslim lainnya yang ikut hijrah kembali memasuki kota kelahiran beliau di Mekkah setelah sekitar 13 tahun lamanya menetap dan membangun peradaban Islam di Madinah. Atau dalam kehidupan masa kini dapat kita lihat dalam fenomena mudik dimana jutaan orang setiap tahun rela jatuh bangun, berdesakan, dan melakukan apa saja agar bisa kembali ke kampung halaman.

Setelah 22 tahun lamanya menetap di Kota Bekasi, saya yang walaupun tidak dilahirkan di Bekasi namun rasa cinta terhadap kota ini sungguh telah terasa mendalam. Hal ini wajar karena di kota inilah saya mendapatkan segalanya, mulai dari pendidikan (SD,SMP,SMA), sahabat, karir hingga jodoh pun saya dapatkan di kota yang berbatasan dengan Jakarta ini. Mungkinkah malaikat maut nanti juga akan menjemput saya di Bekasi ? Wallahu’lam

Sebagai bukti rasa cinta saya terhadap Bekasi, saya wujudkan dengan berusaha memberikan sesuatu yang berguna khususnya bagi masyarakat Bekasi yang kurang beruntung. Dengan harapan agar mereka yang juga warga masyarakat Bekasi dapat tumbuh dan berkembang di tengah keterbatasan yang ada. Selain itu saya berharap agar angka pengangguran dan kemiskinan di kota ini bisa berkurang.

Di bawah naungan bendera Yayasan Al Fatih yang bergerak di bidang sosial, dakwah, dan pendidikan, saya bersama beberapa orang rekan yang peduli terhadap permasalahan sosial di Bekasi berinisiatif membuka kursus elektronik gratis khusus bagi pemuda pengangguran dan putus sekolah di tahun 2007. Ada dua “nilai jual” dari program ini yang kami konsepkan. Pertama, kursus ini diperuntukan hanya bagi pemuda yang putus sekolah ataupun yang masih menganggur. Kedua, pelaksanaan program ini tanpa dipungut biaya sepeserpun.

Respon yang kami terima pada awal launching program ini cukup besar, sehingga kami terpaksa melakukan seleksi kepada para peminat. Seleksi dilakukan sederhana yaitu dengan wawancara yang menekankan pada komitmen mereka dalam mengikuti program ini. Kemudian peserta yang terpilih dapat mulai mengikuti kegiatan pelatihan ini, mulai dari teori hingga praktek. Alhamdulillah dengan keterbatasan yang ada, program ini sudah mampu menghasilkan alumi dan beberapa diantaranya telah mandiri bekerja di bengkel-bengkel servis baik milik sendiri ataupun bekerja dengan orang lain.

Namun sayang seribu kali sayang, program ini untuk sementara belum bisa berjalan lagi dikarenakan permasalahan klasik (baca : dana). Besarnya biaya operasioal kegiatan seperti honor tenaga pengajar, pengadaan alat-alat praktek, hingga biaya sewa rumah tempat pelatihan membuat kami untuk sementara “tiarap” sejenak sembari memikirkan rencana pengembangan ke depan.

Usaha yang saya lakukan bersama dengan teman-teman ini sejatinya adalah wujud rasa cinta kepada Kota Bekasi. Saya ingin melihat Kota Bekasi bebas (atau minimal sepi) dari tindak kriminal, anak-anak dapat bersekolah hingga jenjang tertinggi, tiap keluarga memiliki tempat tinggal yang layak dan sebagainya. Itu semua dapat terwujud salah satunya dengan membantu mengurangi angka pengangguran yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Jangan hanya bicara kawan. Jangan pula hanya berteriak kepada pemerintah daerah. Tapi lakukan yang dapat kita lakukan untuk Bekasi tercinta.

Wassalam


Jan,26 2010

@ my office room

Wahyu Ishardino S

Jumat, 15 Januari 2010

RAHASIA KEPEMIMPINAN

Dalam suatu organisasi apapun, kepemimpinan memegang peran yang penting. Bahkan segala sesuatu akan bangkit dan jatuh karena kepemimpinan. Salah satu konsep kepemimpinan yang ditawarkan oleh praktisi manajemen di Amerika adalah konsep SERVE yang dalam bahasa Indonesia berarti Melayani. Konsep utamanya ialah bahwa, apapun jabatan atau kedudukan formalnya, orang-orang yang ingin menjadi pemimpin besar harus mempunyai sikap melayani orang lain. Melalui buku “The Secret – Rahasia Kepemimpinan” oleh Ken Blanchard dan Mark Miller, konsep SERVE dijelaskan secara singkat tapi lugas.

SERVE sendiri merupakan singkatan dari lima kata kunci yaitu:
S- See the Future (Melihat Masa Depan)
E- Engage and Develop Others (Libatkan dan Kembangkan Orang Lain)
R- Reinvent Continuously (Temukan Kembali Terus Menerus)
V- Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan Hubungan)
E- Embody The Values (Mewujudkan Nilai)

Huruf pertama S- See the Future mempunyai makna bahwa para pemimpin harus bersedia dan sanggup membantu orang-orang yang mereka melihat tujuannya, dan juga keuntungan-keuntungan melangkah kearah sana. Setiap orang perlu melihat dirinya, kemana mereka pergi, dan apa yang akan menuntun perjalanan mereka.

Huruf kedua E dalam SERVE menjelaskan bahwa Engange and Develop Others (Libatkan dan Kembangkan Orang Lain) ada dua hal yaitu pertama, merekrut atau memilih orang yang tepat untuk tugas yang tepat. Itu berarti mempunyai pemain-pemain yang tepat dalam suatu tim. Kedua, lakukan apapun yang diperlukan untuk melibatkan hati dan kepala orang-orang tersebut. Dalam sejarah, banyak pemimpin telah menggunakan tangan dan yang lain tidak sama sekali. Barangkali dari sanalah istilah hired hands (orang upahan) berasal.

Kemudian ada huruf R singkatan dari Reinvent Continuously. Disinilah nilai kreativitas pemimpin dilihat. Pemimpin harus bersedia menemukan kembali setidaknya ada tiga tahap. Tahap pertama, bersifat pribadi. Beberapa pertanyaan utama yang harus diajukan adalah “Bagaimana saya belajar dan tumbuh sebagai seorang pemimpin?” “Apa yang saya lakukan untuk mendorong orang-orang dalam kelompok saya agar terus menerus belajar dan menemukan kembali diri sendiri?”. Tingkat penemuan kembali yang kedua adalah sistem dan proses. Pertanyaan untuk diri sendiri dan anak buah kita adalah “Bagaimana kita melakukan pekerjaan tersebut?” Bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik? Perubahan apa saja yang akan meningkatkan kemampuan kita untuk melayani pelanggan dan juga satu sama lain? Akhirnya yang ketiga, melibatkan struktur organisasi iu sendiri. Pertanyaan yang baik yang diajukan disini adalah,”Perubahan struktur mana saja yang perlu kita tempuh untuk menjadi lebih efisien dan efektif?”

Huruf V adalah singkatan dari Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan Hubungan) Kita harus menghargai pelanggan kita lebih dahulu, dan nilai itu akan menuntun perilaku kita dan menjamin keberhasilan kita terus menerus. Apa yang tidak dimengerti kebanyakan orang ialah bahwa mereka dapat meraup hasil keuangan yang lebih tinggi kalau mereka mempunyai hubungan yang baik. Kita harus meningkatkan nilai hubungan dengan seorang mitra seperti halnya dengan hasil. Memimpin pada tingkat yang lebih tinggi mencakup hasil maupun hubungan.

Huruf E terakhir ialah Embody The Values (Mewujudkan Nilai) Ini adalah sesuatu yang mendasar dan berlangsung terus menerus. Kalau kita kehilangan kredibilitas sebagai pemimpin, potensi kepemimpinan kita akan sangat terbatas. Kita harus melakukan lebih daripada sekedar merumuskan nilai-nilai tersebut, kita tidak boleh hanya mengucapkannya, kita harus memperlihatkannya. Semua kepemimpinan sejati dibangun di atas kepercayaan. Salah satu adalah hidup konsisten dengan nilai-nilai yang kita akui. Kalau dikatakan bahwa pelanggan adalah penting, tindakan-tindakan kita seharusnya lebih mendukung pernyataan tersebut. Jika kita memilih untuk hidup seolah-olah pelanggan tidak penting, orang-orang akan mempunyai alasan untuk mempertanyakan kelayakan kita untuk dipercaya.

Akhirnya, bagi para pemimpin yang memimpin dengan tidak didasarkan pada kekuasaan atau jabatan sebaliknya, kepemimpinan yang lahir dari hati yang melayani, maka merekalah ilham bagi semua orang dan bagi calon pemimpin masa depan.

Sumber: Blanchard, Miller, The Secret – Rahasia Kepemimpinan, Elex Media Komputindo, Jakarta 2005.